21 Juni 2018

Ketika Perusahaan Ingin Menjadi Agile

Agile alias tangkas saat ini sering digunakan sebagai solusi dalam pengembangan program. Awalnya Manajemen Tangkas atau lebih dikenal dengan Agile Management disusun beberapa orang yangberkumpul untuk memecahkan masalah pengembangan software yang lebih baik. Mengapa mereka akhirnya berkumpul? Karena awalnya software dikerjakan dengan metode tradisional yang mana seringkali software developer seringkali menjadi sering ditekan. Dari situ terlahirlah sebuah pakta yaitu Agile Management. Walaupun pembuat awal adalah software developer, sebenarnya dasar pemikiran Agile Management adalah berdasar tindakan LOGIS yang dilakukan manusia dalam menghadapi sebuah permasalahan.

Jadi prinsip LOGIS ini tidak terbatas pada pengembangan software saja, tapi juga ke pengelolaan managemen umum. Sebelum terburu-buru mengubah menjadi Agile, sebenarnya ada hal yang perlu diperhatikan:

  • Training for Executive. Pemimpin perusahaan sudah siap untuk berubah dan belajar apa itu Agile Management. Dari situ, para senior ini perlu sampai di titik apakah perbedaan manajemen yang lama dengan manajemen tangkas ini. Fungsinya apa?
    • Executive inilah yang akan merevisi key performance indicator karena tentunya KPI manajemen tradisional berbeda dengan KPI manajemen tangkas
    • Mengedukasi klien cara kerja Agile ini
  • Lupakan masa lalu. 
  • Agile bukan soal berubah hierarki tapi soal pola pikir
Memang apa kekuatan dari Agile Management ini? Menghasilkan sebuah produk yang benar-benar dibutuhkan oleh user tersebut karena produk yang dibuat dekat dengan user. Contoh sederhananya seperti ini, dalam metode Agile Management, jika ingin membuat sepeda, maka tim pembuat sepeda akan menanyakan apa kebutuhan pengguna dalam sebuah sepeda. Tentu saja tidak selalu pengguna tahu kebutuhan apa saja yang sebenarnya dibutuhkan. Itu tidak menjadi masalah di Agile Management. Dibuatlah sepeda prototipe 1 berdasarkan info dari pengguna. Sepeda tersebut sudah bisa digunakan, diminta dicobakan ke pengguna lalu mendapat masukan dari pengguna. Dari situ dibuatlah perbaikan dan menghasilkan prototipe sepeda no 2. Begitu terus sampai memperoleh sepeda ideal bagi user yang mana itu adalah prototipe sepeda no 5. 

Bedanya dengan yang tradisional adalah tim pembuat sepeda menggunakan asumsi apa yang dibutuhkan pengguna sepeda. Mereka memutuskan fitur-fitur lalu langsung membuatnya. Seringkali ketika sepeda yang dari sudut pandang tim pembuat sudah lengkap, ternyata bukanlah yang dibutuhkan pengguna. Akhirnya produk yang dihasilkan seringkali tidak optimal. Sementara dengan Agile Management, produk yang dihasilkan adalah produk yang 100% tepat guna bagi pengguna.

Nah dalam Agile Management juga diterapkan untuk membuat prioritas fitur produk yang paling dibutuhkan oleh pengguna. Misalnya di tahap awal pengguna menyatakan bahwa yang paling penting adalah A-B-C-D-E. Maka dibuatlah fitur A dulu, selesai kemudian dicobakan. Setelah itu pengguna bisa jadi memberi masukan bahwa B menjadi tidak diperlukan tapi justru E. Maka E lah yang dikerjakan. 

Apakah Agile Management ini lebih cocok untuk perusahaan baru? Tentu jika perusahaan masih baru, semua masih seperti lembaran kosong tanpa ada kultur lama. Namun bukan berarti perusahaan lama tidak bisa berubah. Itu tinggal seluruh tim dan manajemen memang ingin berubah. Nah perubahan ini bisa dimulai dari 1 tim percontohan dulu. Jika tim ini bisa menunjukkan cara kerja yang lebih bagus, produk yang lebih tepat guna, lebih mudah menularkan prinsip Agile ini ke tim lain sehingga seluruh tim di perusahaan menjadi tangkas.