03 September 2008

Dad's Last Gift

Bokap gue seneng banget jalan-jalan. Dan gue sebagai anaknya tentu saja selalu diajak kemana2. Kalo hari sabtu sudah datang, kami hampir pasti akan pergi memancing, mulai dari ke sungai Siak yang deket ampe Simalinjang ama tempat2 transmigrasi yang tempatnya jauuu....h sekali banget amat sangat sumpe de. But we like it, of course. Kalo liburnya 4 hari ke atas, waaahhh waktunya jalan2 keliling Indonesia... pakai mobil tentunya heheheh. Yah berhubung gue tinggal di Pekanbaru saat kecil, jalan2 4 hari gak jauh2 amat, berkisar pulau Sumatra lah. Yang paling sering itu ya ke Sumatra Barat, karna emang enak buat jalan2.



Kemudian tibalah saat itu, tahun 1996. Gue kelas 6 SD. Bokap pergi vulkanisir ban dengan nyokap. Balik-balik gue dikasih tau nyokap bahwa bokap pingsan di tempat vulkanisir ban, trus tangan kanannya sampai sekarang lemes. It took awhile for us asking around some hospitals to actually know that my dad was hit by stroke. Stroke wasn't a popular illness back then in Pekanbaru. The worst thing about stroke, is that it will hit your confidence. Dad suddenly think himself as a very pathetic man. It doesn't take long until he got the second stroke and fall in coma. Illness prey upon those who think less of him/herself.

Seiring dengan stroke tersebut, kebiasaan memancing dan jalan2 hilang dengan sendirinya. Nyokap sibuk merawat bokap, sehingga akhirnya gue dititipkan di rumah keluarga. Hal ini berlanjut selama setahun. Saat gue kembali ke rumah, bokap udah bisa pulang lagi dari rumah sakit dan semangat hidupnya akhirnya bertambah kuat. Keadaan beliau bertambah baik dan semua orang merasa gembira.

Sampai akhirnya bokap mendapat serangan stroke ketiga.

Saat itu sore hari. Kakak gue tiba2 pulang tergopoh2 dengan panik. Ternyata saat dia dan temannya pulang melewati sebuah jalan, para preman jalan itu sedang berulah. Dia bisa melarikan diri tapi temannya tidak. Bokap jadi panik, dan kemudian kita berangkat kembali untuk mencari temannya kakak gue tersebut. Ternyata dia sudah dibawa ke rumah sakit, yah untungnya masih hidup. Bokap stres berat melihatnya. Besoknya beliau mengatakan sakit di sekitar rahang, and we know what it is. Sorenya beliau sudah tidak bisa berbicara lagi, dan lusanya beliau kejang2 dan masuk ke status koma lagi.

This time he couldn't recover as much as he did last time. Beliau bisa jalan kembali, tapi tidak bisa bicara, tangan kanan tidak bisa digerakkan, dan kemampuan intelektualnya menurun tajam. Pengetahuannya bisa disamakan dengan anak umur 5 tahun.

But, well, life goes on. Keuangan keluarga ancur2an tapi untungnya bokap udah memberikan pelajaran berharga bagi anak2nya. Salah satunya adalah, gak kerja gak makan. Gak kerja gak sekolah. Dan pendidikan adalah hal yang utama. Saat bokap masih sehat kita semua dididik dengan keras. Saking kerasnya, kalau sekarang cara pendidikan bokap bisa dikatakan kekerasan pada anak dalam rumah tangga dan pelanggaran HAM. Tapi bokap tau persis apa yang dilakukannya, apa efeknya, dan kami secara tidak sadar berkembang menjadi apa yang beliau inginkan. Kakak gue saat kelas 1 SMP pernah ditinggalkan di tempat transmigrasi sendirian bersama anak2 buah transmigrasi selama seminggu. Tujuannya supaya dia liat kehidupan anak2 buah transmigrasi dan bergaul dengannya, karna ada kemungkinan dia harus menggantikan bokap buat proyek2 selanjutnya.

Kita semua jadi terbiasa melakukan berbagai upaya untuk melanjutkan hidup. Gue pernah jualan sampul. Kk gue ada yang jadi calo. Yang lain ada yang ngamen. Yang pinteran (yang paling tua) bisa dapet beasiswa dan gak pernah perlu dikirimin uang. Yah, yang penting bisa lanjut hidup dan sekolah.

Hidup terus berlanjut sampai suatu saat bokap kembali terkena serangan stroke. Dan beliau tetap bertahan. Dokter yang merawat beliau sampai bingung dan kagum akan semangat hidup beliau.

Bertahun-tahun berlalu, pada tahun 2004 beliau menolak untuk jalan. Dengan demikian beliau hanya bisa tergolek di tempat tidur dan untuk jalan pagi menghirup udara segar beliau diletakkan di kursi roda. Dasar tu bokap ya, udah sakit gitu masih aja kalo ketemu anak2nya maen perintah2, walaupun gak jelas dia ngomong apa hahahah :))

Tahun 2007 anak bungsunya tamat. Berarti selesai sudah tugas beliau mengantar semua anaknya sarjana. Pencapaian luar biasa bagi bokap dan nyokap gue yang keduanya Ahli Madya.

Dan demikianlah yang memang dilakukan beliau. Bertahan hidup sampai tugasnya selesai melihat semua anaknya sarjana. Meskipun beliau terlihat tidak tau apa2, gue yakin banget hatinya tau apa yang terjadi. Beliau menunggu sampai akhirnya gue mendapat panggilan untuk melanjutkan pendidikan di US, dan pulang kampung untuk melihat beliau dan mengucapkan selamat tinggal. Dan, yang akhirnya gue tau, itulah pertemuan terakhir gue dengan beliau semasa beliau masih hidup.

Beliau menunggu sampai kami semua bisa mandiri. Beliau bertahan hidup demi melihat semua anaknya berhasil. Setelah kami semua bisa mandiri, dan setelah mengucapkan selamat tinggal dengan gue yang memang akan pergi dalam waktu jauh dan lama, beliau dengan lega bisa berhubungan lebih erat lagi dengan Tuhan dan melanjutkan perjalanannya.

Saat itu 27 Agustus 2008. Nyokap melihat beliau demam tinggi sejak kemarin. Dikasih obat gak turun2 panasnya. Akhirnya beliau dibawa ke rumah sakit. Gak berapa lama di rumah sakit, jantung beliau berhenti. RJP dilakukan, tapi beliau dan Tuhan sudah tidak ingin dipisahkan lagi. Sekitar pukul 19.30 WIB, bokap menghadap Tuhan.

Beliau ternyata juga memberikan hadiah terakhir bagi gue. Gue akhirnya bisa mendapatkan tiket pesawat, setelah melalui hari yang melelahkan untuk mencarinya, dengan bantuan teman2. Perjalanannya memakan waktu sekitar 33 jam, lama di transit. Setelah sampai Singapore, gue baru kepikiran. Saat pertama pergi ke US, gue pergi ke arah timur, melewati hong kong, taiwan, samudra pasifik, hawaii, los angeles sampai ke iowa. Sekarang gue kembali melewati houston, eropa, russia, singapore dan kembali ke Pekanbaru. Dad's last gift adalah hal yang ingin kami lakukan sejak dulu. Keliling dunia. And he gave that to me, upon his death. He never stops to make me amazed :)

Salah satu pelajaran lain yang diberikan bokap adalah, berusaha lah sebaik mungkin, sertai dengan doa, dan kau akan diberikan segala sesuatu yang engkau perlukan, bukan yang engkau inginkan. Dan yakinlah apapun yang tersedia untukmu saat itu adalah cukup, gak bakal kurang. Uang gue sekarang tinggal $300, dan gue masih harus mencari kerja nanti bulan februari. Tapi pelajaran dari bokap membuat gue yakin, segitulah uang yang gue perlukan. Kalau perlu lebih, pasti akan ada cara dari Tuhan buat memberikannya.

Thx a bunch, Dad. I will always be missing you. Be happy there to know that we are fine here. Ach, of course you already know that, that's why you step further to reunite with God :)

11 komentar:

Anonim mengatakan...

tengkyu mot... meginspirasi dan mengharukan...:)

Anonim mengatakan...

Ramot, thx buat sharingnya. Bener2 menyentuh tapi juga memberi smangat dan pelajaran hidup.

Tetep semangat! ^^
make ur dad proud of u. ( I think he did already :p )

Unknown mengatakan...

hiks2....sedih bgt mot...tetep smangat!!!

Anonim mengatakan...

Turut berduka cita Mot v_v
Merinding gw bacanya, banyak banget moral yang gw dapet.
Tapi yang paling mengena: "berusaha lah sebaik mungkin, sertai dengan doa, dan kau akan diberikan segala sesuatu yang engkau perlukan, bukan yang engkau inginkan"

TQ

jpmrblood mengatakan...

Have you say thanks to him? Amazingly, gw gak pernah bisa bilang langsung sampe sekarang ke bokap gw.

Damn, something in my eyes. Dah, ah...

Cynthia mengatakan...

haaaaa.. jepe nangis =P iya mot, bokap lo keren yak..

ZaQ mengatakan...

nice post mot :p

@jp: wah mestinya di skrinsyut si jp :P

jpmrblood mengatakan...

@zaki&Cyn:
Gak, gw gak nangis, cuman kelilipan. :D

Ramot mengatakan...

iya deh jep, kelilipan. lumayan daripada gag ada sama sekali xD

@all: thx guys, gals and gays.

edratna mengatakan...

Ramot, cerita yang mengharukan, dari pandangan seorang anak terhadap ayahnya.
Semoga Ramot mengikuti semangat ayahmu. Dan makasih untuk semuanya

Ramot mengatakan...

Sama-sama, Tante :)