13 Maret 2016

[[Kristen]] Percaya

Mengapa Saya Menulis tentang Percaya?
Saya hampir tidak pernah menulis tentang kepercayaan saya. Meskipun keluarga saya menganggap saya cukup fanatik dalam beragama, saya sendiri tidak merasa perlu cuap - cuap menyebarluaskan kepercayaan saya kepada orang lain.

Karena itu, harap dimengerti bahwa tulisan ini adalah sebuah perenungan pribadi tentang kenapa saya memilih menjadi pengikut Kristus (Kristen). Tulisan yang menuturkan jalan pemikiran saya kenapa mengikuti Kristus adalah pilihan yang logis kalau memilih percaya Tuhan. Tulisan ini bukan untuk menantang atau mengajak pembaca berdebat tentang agama ataupun menyerang keyakinan dan kepercayaan Anda. Tulisan ini hanyalah sebuah catatan pribadi, karena sejatinya saya percaya bahwa kepercayaan dan interpretasi atas keinginan Tuhan adalah hak pribadi tiap manusia, selama perbuatan yang dilakukan atas dasar interpretasi tersebut tidak merugikan orang lain.

Lalu kalau catatan pribadi kenapa dipublish ke blog? Alasan pertama, adalah karena penyimpanan di internet lebih memastikan tulisan saya tidak akan hilang sewaktu - waktu. Kedua, saya yakin cukup banyak orang yang mencari tahu alasan logis kenapa percaya atas pengorbanan Yesus di kayu salib adalah sesuatu yang valid dijadikan dasar keselamatan manusia. Saya tidak berharap Anda akan setuju atau menganut hasil perenungan pribadi saya, tapi saya berharap mudah - mudahan bisa memperkaya bahan interpretasi dalam masa pencarian Anda.

Adam & Dosa untuk Semua
Mari kita mulai dari awal. Hal berikut sering ditanyakan: kalau Adam dikasihi Tuhan, kenapa dikutuk setelah makan buah yang dilarang? Kenapa tidak memaafkan saja and get over with it?

Mari kembali ke Kejadian 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Perlu diperhatikan di sini Tuhan membuat perjanjian dengan Adam. Saat perjanjian ini dibuat, Hawa belum ada. Jangan makan buahnya, kalau dimakan kamu mati. Maka sebenarnya Adam lah yang bertanggung jawab atas janji tersebut.

Adam kemudian melanggar perintah Tuhan, dan alih - alih mengakui kesalahan, justru membuat alasan bahwa pasangan yang diberikan kepadanya lah yang membuat dia bersalah (dengan kata lain, nyalahin Tuhan juga). Hawa pun menyalahkan ular yang membujuknya makan buah pengetahuan yang baik dan jahat.

Di sini harus dimengerti bahwa Tuhan adalah makhluk yang diandalkan berdasarkan Firman / janji / kata - katanya. Tuhan tidak pernah menarik kata - katanya. Sehingga perjanjian terhadap Adam harus diteruskan. Tuhan harus memutuskan bahwa Adam mati. Mati di sini bukan tentang proses kematian biologi, tetapi saat itu manusia memutuskan untuk masuk ke dalam kuasa dosa.

Tapi satu hal yang ternyata perlu diperhatikan, bahwa dalam kemarahan-Nya pun Tuhan tidak pernah mengutuk Adam sebagai pemegang janji. Yang justru dikutuk atas ketidak taatan Adam adalah:
1. Ular dalam Kejadian 3:14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
2. Hawa dalam Kejadian 3:15 Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."
3. Tanah dalam kejadian 3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:

Jadi sebenarnya Adam tidak dikutuk ketika melakukan kesalahan memakan buah pengetahuan. Yang dikutuk justru yang lain yang tidak mengadakan perjanjian dengan Tuhan.

OK jadi mari kita skip ke masa Yesus, dimana Yesus mati disalib. Konsep yang masih berlaku sampai saat itu adalah konsep yang namanya korban pengganti dosa. Jadi ketika seseorang ingin menghadap Tuhan, dia harus membawa korban yang tidak bercacat cela. Imam tidak memeriksa orang tersebut, tetapi justru memastikan korban yang dibawa tidak bercacat cela.

Yesus & Dosa
Sekarang, mari kita bahas konsep Yesus sebagai Tuhan dan korban penebus dosa manusia. Kedua hal ini menunjukkan dalam diri Yesus ada dua hal: Tuhan dan manusia. Nah, kedua - duanya harus ada agar Yesus bisa menjadi korban penebus dosa manusia. Kenapa demikian? Karena berdasarkan perbuatan Adam tadi yang namanya manusia sudah pasti masuk ke dalam kuasa dosa, sedangkan korban yang dibolehkan adalah yang tidak bercacat cela. Sehingga Tuhan sendiri yang harus ada di dalam korban yang akan dipersembahkan sebagai penghapus dosa manusia. Jadi Yesus harus adalah Tuhan agar dia tidak mengenal dosa sebagaimana dituliskan di
2Kor. 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Yesus sebagai korban tidak boleh bercacat cela, dan yang tidak bercacat cela adalah yang tidak mengenal dosa. Hal ini tidak mungkin terjadi kalau Yesus hanyalah manusia saja.

Lalu kenapa Yesus tidak menjadi Tuhan saja, kenapa harus ada unsur manusia? Karena yang masuk ke dalam kuasa dosa adalah manusia, sehingga yang keluar dari kuasa dosa juga harus manusia. Itu sebabnya saat Yesus disalib Tuhan harus meninggalkan Yesus. Ibaratnya seperti petinju dan pelatih, selama masa latihan maka pelatih berhak selalu menemani petinju tetapi saat bertanding pelatih hanya boleh mengamati dari luar.

Lalu kenapa pengorbanan Yesus di kayu salib adalah sebuah hal yang logis dan valid untuk menghapus semua perbuatan Adam? Satu ayat ini menggambarkan logikanya:
Roma 5:19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Berapa orang yang melanggar janji? Satu orang. Jadi berapa orang yang diperlukan untuk menebus? Ya juga satu orang dong. Satu orang yang tidak bercacat cela agar tetap selaras dengan Firman Tuhan tentang syarat korban penghapus dosa.

Dosa yang Mana?
Lalu apa implikasi dari penebusan? Penebusan itu sejatinya berarti manusia tidak lagi hidup di bawah kuasa dosa. Hal ini terdengar biasa saja, tapi jika dijabarkan artinya adalah dosa manusia di masa lalu, sekarang dan akan datang semua sudah diampuni.

Hal ini juga berbeda dengan tafsiran beberapa orang, bahwa dosa di masa depan akan tetap dijadikan tanggungan manusia tersebut. Saya sendiri lebih memilih sesuatu yang sudah tertulis:
Ibrani 10:10 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Dikuduskan artinya hidupnya telah diubah, tidak lagi mengikuti kuasa yang mengikatnya sebelumnya tetapi mengikuti Tuhan. Kuasa yang mengikat manusia sebelumnya adalah kuasa dosa. Sehingga ketika manusia telah dikuduskan, artinya dosa tidak akan pernah berkuasa lagi atas manusia, sesuai dengan ayat di atas, selama - lamanya. Artinya dosa di masa depan pun sudah diampuni.

Apakah jadi Pembenaran untuk Terus Berdosa?
Salah satu concern dengan tafsir kekudusan yang saya katakan adalah bahwa hal ini dikhawatirkan menyokong pembenaran manusia untuk tetap berbuat dosa. Kan dosa di masa depan sudah diampuni, jadi no problem dong? Tetapi menurut saya hal ini menjawab kekhawatiran tersebut:
Keselamatan (lepas dari kuasa dosa) memang ditawarkan gratis ke semua orang tetapi hanya yang percaya akan karya keselamatan Kristus yang selamat. Sekilas hal ini terlihat gampang, modal percaya bisa selesai. Tapi sebenarnya yang paling berat itu adalah konsekuensi ketika kita bilang percaya. Ketika kita bilang percaya akan karya keselamatan Kristus, kita secara langsung juga menyatakan bahwa:
1. Kita sepakat dengan Yesus tentang definisi dosa.
2. Kita sepakat bahwa dosa tidak lagi berkuasa atas kita dan bukan lagi merupakan identitas kita, sehingga kita tidak lagi perlu melakukan perbuatan dosa.

Jadi percaya itu adalah dua arah, kita menyatakan percaya kepada Yesus dan Yesus juga percaya kita sudah tidak lagi bergantung pada perbuatan dosa. Jadi percaya itu adalah mindset. Ketika kita percaya maka kita akan melihat segala hal yang baik dan tidak baik untuk dilakukan, bukan karena ada ancaman hukuman atau pembatalan status kudus tetapi karena rasa percaya itu sendiri.

Mari kita bahas langsung perbuatan percaya bahwa kita tidak lagi hidup dalam kuasa dosa. Kadang ada kesalahpahaman membedakan keadaan dengan kutuk (berada dalam kuasa dosa). Salah satu contohnya adalah: tidak ada uang bukan berarti miskin. Kita bisa saja tidak punya uang saat ini, tapi bukan berarti kita digolongkan sebagai miskin. Tetapi cukup banyak orang yang stres karena tidak punya uang saat itu (keadaan) padahal mereka tidak miskin (kutuk). Jadi percaya juga termasuk bahwa tidak melihat keadaan tetapi melihat bahwa kita tidak berada di dalam kutuk.

Kesimpulan :)
Terus terang untuk percaya dan benar - benar percaya itu adalah hal yang mustahil dilakukan manusia. Oleh karena itulah orang - orang yang percaya:
1. Dipilih oleh Tuhan, bukan pilihan manusia
Mat. 22:14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
2. Diberikan penolong yaitu Roh Kebenaran (Roh Kudus) untuk membantu manusia sanggup percaya.
Yoh 14:16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,
Yoh 14:17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.

Hal nomor (1) juga adalah alasan teologis kenapa saya tidak merasa wajib untuk secara aktif menyebarluaskan kepercayaan saya kepada orang lain. Umat Tuhan adalah pilihan Tuhan, bukan pilihan saya.