14 Januari 2020

Agile untuk Menyeimbangkan Jalan Pintas Pikir


Jalan Pintas Pikir Itu Bagaimana?

Topik Jalan Pintas Pikir ini sempat jadi pembahasan di Channel Telegram Ngopsi. Saya jadi bisa menghubungkannya dengan langkah bisnis yang diambil orang pada umumnya. Mengutip dari Mas Andry Waseso soal Jalan Pintas Pikir, strategi ini adalah yang diambil homo sapiens di masa lalu agar bisa mengambil keputusan dengan cepat dan segera, mengingat keputusan yang cepat bisa berarti hidup atau mati untuk seorang manusia purba.. Jalan Pintas Pikir ini disebut juga mental shortcut. Di Psikologi disebut dengan istilah Heuristik. Untuk referensi bacaan bisa dibaca di sini dan di sana. Secara singkat, pola pikir ini  memasukkan hanya sebagian hal dan mengabaikan hal lain dalam pertimbangan mengambil keputusan.

Seiring dengan waktu kebiasaan memakai strategi Jalan Pintas Cepat ini menjadi sebuah kebiasaan untuk manusia dan tetap dipakai bukan hanya untuk kelangsungan hidupnya tapi hampir untuk seluruh aspek hidup, termasuk untuk menentukan bisnis dan karir, sedangkan kondisi saat ini tidak lagi seperti masa lalu. Ini menjadi masalah karena tentu saja Jalan Pintas Pikir rentan mengakibatkan kesalahan akibat ada hal - hal yang diabaikan dalam prosesnya.

Pemakaian Jalan Pintas Pikir dapat mengakibatkan prasangka atau bias kognitif, misalnya bagaimana seseorang merasa calon pilihan politiknya pasti selalu berbuat yang benar dan lawan calon pilihan politik tersebut pasti selalu berbuat yang salah, sehingga untuk setiap berita positif tentang calon pilihan politiknya hampir selalu dianggap benar (sehingga disebarkan tanpa memeriksa ulang), sedangkan setiap berita positif tentang lawan politiknya pasti hampir selalu dianggap bohong atau pencitraan saja.

Tentu saja bagi individu yang mewarisi Jalan Pintas Pikir dari generasi ke generasi akan merasa frustasi ketika diperkenalkan dengan pola berpikir kritis yang terus menerus tidak sebatas digunakan ketika menyelesaikan tugas akhir kuliah. Pola pikir kritis mengharuskan kita mempertimbangkan semua sisi dari sebuah permasalahan, hal yang justru dihindari oleh cara Jalan Pintas Pikir. Permasalahannya, hanya dengan berpikir sistematis, terbukti secara empiris, kita bisa menghasilkan solusi yang tepat guna dan membuat kita berhasil dari sekadar mengandalkan asumsi produksi Jalan Pintas Pikir tersebut.

Agile sebagai Rem

Di situlah peran rangka kerja Agile ini diperlukan untuk melatih individu (atau sekelompok individu) mempertimbangkan lebih banyak informasi dan sudut pandang. Rangka kerja Agile ini seperti mengendarai mobil dengan berkecepatan tinggi. Kita percaya diri untuk memacu karena kita yakin kendaraan tersebut punya sistem rem yang bagus dan pakem. Apakah yang jadi remnya? Ya rangka kerja Agile yang membuat kita terus disiplin untuk berpikir kritis dan empiris.