27 Januari 2010

Why Can't We Be Friends?

Perhatian: bagi yang (dalam hati) setuju untuk mengkotak2an orang berdasarkan suku, agama dan rasnya dianjurkan untuk tidak membaca postingan ini.

Dikutip dari sini:
'Sebanyak 62 % guru-guru agama Islam sekolah umum di Jawa menolak orang non muslim menjadi pemimpin publik. Selain itu sebagian guru agama Islam di Jawa juga tidak toleran dan anti pluralitas.'
'Para guru masih belum bisa mengajarkan pluralitas dan sikap toleran. Padahal, sikap dan pandangan Islam, guru agama harus mendukung dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam.'
Yang perlu dicatat, hal ini bukan hanya terjadi di Jawa, intoleransi dan pengajaran intoleransi oleh guru-guru terjadi di banyak tempat di seluruh Indonesia.

Pelarangan beribadah yang terjadi di Bekasi itu sudah lama terjadi di tempat-tempat lain. Teman saya yang adalah jemaat di salah satu gereja yang bermasalah itu curhat 'udah bertahun-tahun kami urus izinnya, udah dapet surat dari lurah, pertama kali beli tanah juga sudah dengan catatan akan dijadikan tempat ibadah, sudah sampai berganti walikota dan dijanjikan kemudahan. Tapi kok sampai sekarang tetap kami gak diizinkan ya? Camat tak sedikitpun mau bekerja sama dengan kami, padahal surat lurah sudah kami bawa.'

Pertama kali teman saya datang sebagai sukarelawan pasca Tsunami di Aceh, sambutan beberapa anggota masyarakat adalah 'ngapain kalian datang kesini? Mau Kristenisasi ya?' Ya ampun, dalam kesusahan masih aja inget buat mendiskriminasikan orang ya :)

Saya sendiri sudah mengalami sendiri beberapa kasus intoleransi. Sewaktu bermain-main di depan rumah, saya pernah diteriakin 'Pergi kau, dasar Kristen!' oleh anak-anak di sekitar rumah. Saat SMU, ketua kelas saya diganti atas permintaan murid kelas yang meminta ketua kelas hendaknya adalah muslim dengan alasan 'gak ada yang bilang ucapkan salam saat pelajaran agama'.

Lalu, bagaimana selanjutnya? Saya setuju dengan kata Direktur Wahid Institute:
'Kalau pemerintah serius ingin menghilangkan intoleransi beragama, pemerintah harus mengakui bahwa hal itu terjadi di Indonesia. Selama ini, menurut Yenny, pemerintah cenderung menghindar karena aparatur negara belum memiliki visi misi yang jelas untuk menyelesaikan masalah ini.'
Dan setelah mengakui, berusaha menyelesaikan. Sampai ke akar-akarnya.

I'm dreaming of a peaceful united Indonesia. Semoga bukan hanya mimpi di suatu saat nanti :)

11 komentar:

mahli mengatakan...

gw sih udah kehilangan harapan dalam hal ini sejak dulu kala...

jpmrblood mengatakan...

Bubarkan departemen agama dan hapus undang-undang yang hanya mengakui 6 agama saja. Seharusnya Indonesia tidak perlu mengatur agama selain dari mengatur warga negara agar saling menghormati. Tapi, namanya juga politik.... :D

@mahli:
tapi, khan, gak semua teman kita gak toleran. Hanya saja, mereka yang toleran gak pernah bersuara vokal. :D

Ramot mengatakan...

@jp: permasalahannya, ada agama yang prinsipnya memang mencampurkan negara dengan agama. jadi untuk mendapatkan dukungan para pemeluk agama tersebut, para politikus akan melakukan apa saja ;)

mahli mengatakan...

well my take on this, dalam konteks hidup di indonesia: kalo hoki idupnya berada di lingkungan yg orang2nya toleran. kalo gak hoki...

cardepus mengatakan...

@mahli
Kalau ga hoki, yah...pindah tempat dan cari-cari hoki dong :P

Cynthia mengatakan...

wah yang komen kok yang non muslim semua sih? waakakakak *cari ribut mode*

menurut gue sih ini semua tergantung tempat.. kebetulan, di indon itu mayoritas pemimpinnya muslim, jadi si muslim2 aliran keras ini berasa dapet angin dan mau ngeklaim indon ini milik muslim..

nah coba lu kalo di prancis, pemimpin muslimnya dikit banget, mungkin enggak ada, nah jadi yang non muslim yang perangainya mirip2 muslim di indon yang aliran keras juga berasa dapet angin buat sok sok ngelarang jilbab..

semua kembali ke orangnya mot.. kebetulan lu dapet tempat di indon yang seperti kata jepe mayoritas yang toleran gak speak up.. lu jadi yang kudu sabar..

kalo lu udeh kagak sabar, lu mending cabut deh ke prancis atau ke mana kek gitu.. tapi jangan lupa kirim tiket ya mot dari sana.. gue pengen ikutan.. hahahahaha..

kusut mengatakan...

random fact (klo ga salah):

di prancis (ato negara eropa lain ya?) klo nyebut 'god' di kampanye election or something like that, maka dapat dipastikan bakal kalah

Ramot mengatakan...

@adjay: gue gak sedang membahas tentang negara lain kok. masa kalau negara lain jelek, kita ikut2an jelek? 'negara lain jg gitu kok' adalah alasan yang membuat negara kita gak maju2. kapan majunya kalau kita membatasi diri membuat standar hanya berdasarkan negara lain.

btw di prancis itu semua atribut semua agama dilarang. well, kusut udah melanjutkan sih di komennya.

@kusut: itu totalitas sekuler (dan atheist), yang pada akhirnya mendiskriminasikan umat beragama. well, bukan berarti hal yang begini harus ditiru kan? ;)

Alveta mengatakan...

idem sama adjie, it's juz the power of majority.. di mana2 sama, cuma subjeknya aja beda2. bisa agama, ras, dll

Anonim mengatakan...

selain krn posisi mayoritas membuat lebih berani melakukan kekerasan, dan selain teori psikologi yang diajukan penulis, sebenarnya ada penjelasan lain dari psikologi sosial mengapa kekerasan pada kelompok minoritas terjadi (Kebetulan selama saya kuliah memiliki ketertarikan besar dalam penelitian hubungan kelompok minoritas mayoritas :D ).

Anonim mengatakan...

ini komentar saya untuk 2 entries sekaligus jadi satu Hihihihi