31 Januari 2012

Konser Tohpati @ Salihara: Perenungan Genre


Hari Minggu (29 Jan 2012) lalu saya berkesempatan menonton Konser Tohpati di Teater Salihara. Konser ini adalah salah satu dari rangkaian konser dalam tema Salihara Jazz Buzz. Latihan Into The Woods dulu siangnya, lalu beli tiket dulu di Salihara, pulang untuk makan lalu kembali ke Salihara untuk nonton. Kursi sudah lumayan penuh saat saya datang, untungnya masih dapat tempat yang (awalnya) mendapat view yang bagus. Beberapa saat kemudian konser dimulai. Orang di depan saya yang sebelumnya duduknya bersandar ke kanan, sekarang bersandar ke kiri mepet dengan temannya di sebelah kiri sehingga view yang seharusnya bagus tadi berubah menjadi view kepala orang. Saya coba geser kanan dikit, ni orang duduknya bolak balik sandar kiri kanan jadi susah juga. Ya sudah daripada ribet pindah kursi di sebelah. Pandangan kembali tidak terhalang dan world peace is achieved.



Kali ini sang maestro Tohpati Ario Hutomo (gitar) ditemani oleh maestro lain Dimawan Kresno Adji a.k.a Wawan yang memegang cello. Kalau gak inget Wawan ini siapa, dia adalah leader Jogja String Quartet yang pernah menemani Dwiki Dharmawan juga di konser di Salihara yang pernah saya review di sini. Kembali ke konser, lagu pertama serem amat yak ~.~ Jadi sepertinya untuk konser kali ini Tohpati memilih lagu2 yang (subjectively) lebih kelam, kecuali dua lagu yaitu My Dream sebagai lagu kedua dan Sorak Sorai sebagai encore. Tohpati menggunakan efek musik dari notebook seperti desir angin, atau efek dari pedal seperti bunyi kolintang dengan nada yang sama saat dia memetik senar gitar), demikian jg dengan Wawan. Satu orang kayanya bisa mijak 12 pedal deh itu hahahah xD

Anyway, untuk kali ini saya tidak berniat untuk memberi review per lagu. Satu hal yang saya pelajari saat konser Tohpati ini adalah bahwa meskipun saya menyukai Jazz pada umumnya, saya lebih spesifik gemar lagu yang punya 'form'. Yang jelas awal, klimaks, akhirnya. Jazz itu sendiri salah satu prinsipnya adalah ketidak teraturan, sehingga beberapa lagu yang Tohpati mainkan justru membuat saya bosan atau malah merinding sendiri ~.~. Hal ini bukan berarti Tohpati tidak bagus bermain, tetapi lebih kepada bukan selera saya. Meskipun demikian, saat My Dream dimainkan, saya sampai menahan nafas saat hampir mencapai 'klimaks' lagu. Soal skill tidak perlu ditanyakan lagi, itu dua orang bisa buat orang capek dengan ngeliat jari2nya aja hahaha xD

Overall, untuk penggemar Jazz, konser ini benar-benar menunjukkan penguasaan Tohpati dan Wawan atas alat musik yang dimainkannya. Semua lagunya (subjectively) memerlukan skill tingkat advanced, dengan efek-efek yang cukup realistis dan tepat pada sasaran. Gak rugi saya menukar traktiran Hanamasa oleh partner saya dengan nonton konser ini. Satu hal lagi yang saya renungkan..... kapan ku bisa se piawai orang-orang ini? Kalau bisa tanpa latihan... *ngelunjak.com*

1 komentar:

vivi mengatakan...

funk jazz, acid jazz apapun itu lah ya..